إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١)فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (٢)إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ (٣)
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus
(QS At-Takatsur 1-3)
Hari raya Idul Adha merupakan salah satu hari kebesaran umat Islam. Hari raya Idul Adha biasanya diperingati dengan penyembelihan hewan qurban. Pada hari itu sebagian umat Islam melaksanakan haji ke Baitullah untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima.
Sejarah peringatan hari raya ini bermula ketika nabi Ibrahim A.S. mendapat wahyu lewat mimpi untuk menyembelih puteranya yang sangat dia cintai, nabi Ismail A.S. meskipun sangat berat, namun tetap dia laksanakan karena itu adalah perintah dari Allah. Hal ini diterangkan dalam surat As-Shofat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (١٠٢)
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
(QS As-Shoofat 102)
Hal ini merupakan sebuah isyarat dari Allah agar kita lebih mengutamakan Allah dari segala hal yang ada di dunia ini. Perintah Allah tidak dapat ditawar dengan hal yang lain. Pada cerita tentang nabi Ibrahim A.S. diatas bisa saja nabi Ibrahim A.S. meminta mengganti anaknya dengan sesuatu yang dapat dikurbanban lainnya, namun hal ini tidak dilakukan karena Allah hendak mengajarkan kepasrahan kepada hambanya, ketaatan pada Allah yang harus selalu dijaga meskipun terasa berat, dan kesabaran atas ujian yang Allah berikan.
Nabi Ismail A.S. menjadi simbol tentang hakikat Qurban. Kita harus rela mengorbankan sesuatu yang sangat kita cintai untuk Allah kalau memang Allah memintanya. Orang yang beriman tidak akan merasa keberatan untuk mengorbankan apapun demi Allah yang dia cintai.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ (١٦٥)
dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
(QS Al-Baqoroh 165)
Sebagai gambaran lihatlah anak-anak muda yang sedang dilanda asmara, dia tidak akan segan-segan untuk mengorbankan apa yang dia miliki untuk orang yang dia cintai. Mulai dari segi finansial, fisik, psikis dan lain sebagainya akan dia relakan untuk dia korbankan kepada kekasihnya. Sebagian dari mereka ada yang rela mengorbankan waktu untuk telpon, smsan, chat berjam-jam, sebagian yang lain ada yang berkorban uang untuk membelikan segala keperluan kekasih mulai dari yang sedrhana sampai keperluan yang istimewa. Sebagian yang lain rela mongorbankan dirinya untuk dinikmati (bermesraan bahkan sex) oleh kekasihnya. Sebagian yang lain rela mengorbankan waktunya untuk menunda pernikahan demi menunggu sang kekasih, sebagian lagi ada yang ekstrim dengan meninggalkan ibadah hanya untuk kekasih majazi (sesaat atau tidak kekal).
Qurban dapat dijadikan ukuran seberapa besar cinta kita kepada seseorang, sesuatu atau juga dapat kita jadikan ukuran dalam mencintai Allah. Tidak hanya dalam bentuk materi namun juga bisa dalam bentuk usaha untuk mendekat pada apa yang kita cintai.
Orang yang beriman sangat mencintai Allah, maka dari itu Allah menguji hambanya yang beriman tersebut untuk mengukur seberapa beasar cintanya pada Allah. Allah menguji nabi Ya’qub A.S. melalui perpisahan dengan anaknya, nabi Yusuf A.S. Menguji nabi Ibrahim A.S. dengan perintah menyembelih anaknya, menguji nabi Ayyub A.S. dengan penyakit, menguji Baginda Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Waalihi Wasallam dengan diambilnya orang-orang yang dicintainya, mulai dari ayah, ibu, kakek, paman dan istri. Sedangkan orang-orang yang menyatakan beriman kepada Allah saat ini diuji dengan Qurban yang telah disepakati oleh para ulama’ dengan menyembelih hewan, bisa kambing, sapi, unta dan lain sebagainya.
Qurban kepada Allah tidak sebatas hanya dengan menyembelih hewan, sebagian umat islam yang mampu secara ekonomi, psikis, dan fisik diwajibkan berqurban dengan cara mengunjungi Baitullah. Sebagaimana orang yang sedang jatuh cinta kepada kekasihnya akan mengorbankan apapun untuk kekasihnya, qurban kepada Allah bahkan lebih dari itu, semua yang diminta Allah akan dia berikan demi cinta kepada Allah yang begitu indah. Wallahu A’lam Bisshowab.
Oleh: Ahmad Budairi
Post a Comment
Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.