Keinginan cuti kuliah beberapa waktu lalu yang sempat muncul, perlahan terkikis akibat dari bujukan teman-teman dan respon orang tua. Tidak ada satu pun yang mendukung niatku itu. Mereka katakan, “Bersabarlah, tinggal sebentar lagi”. Menginjak semester 6 ini, semangat kuliah yang dulu memang mulai pudar, terkikis oleh keadaan yang memang tak dapat terprediksi sebelumnya. Banyak tanggungan, beban fikiran, dan kewajiban yang harus dirasakan.

Hari ini, hari kedua masuk kuliah di semester 6 mendapat kabar dari kampus melalui pesan singkat dari teman tentang penggantian jadwal kuliah oleh salah satu dosen yang memang selama ini membuatku Bad mood karena sering arogan terhadap siswa, Menindas siswa, dan sering bertindak semaunya sendiri tanpa melihat dari sudut pandang mahasiswa. Keinginan cuti itu kembali menggelora, merasa tak ingin lama-lama mengikuti pengajaran di kampus lagi.

Ingin rasanya merasakan kembali pendidikan di pondok salafi yang dengan sabar dan santunnya mendidik dan membimbing serta mengajar santri. Aku merindukan itu semua. Aku merindukan teman-teman yang sangat intens cintanya pada Allah, yang siang malam tak pernah lelah bermunajat pada Allah, selalu rindu dan haru terhadap Allah.

Ingin ku mengakhiri menjadi kaum tertindas sebagaimana yang di gambarkan oleh Paulo Freire dalam sebuah bukunya, “Pedagogy of The Oppressed”. Ingin berhenti menjadi robot yang dikendalikan oleh dosen. Ingin menikmati ilmu, bukan menjadi bank ilmu. Maafkan aku teman-teman apabila membuat kalian kecewa.

Dilema Cuti Kuliah

Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk selalu iman, taqwa, cinta, dan rindu pada-Mu.

Jadikan apa yang aku kerjakan menjadi lantaran untuk menggapai ridho-Mu

Jadikan amal dan ucapanku seperti apa yang diajarkan oelh baginda Nabi Muhammad Sollallahu Alaihi Wa’alihi Wasallam.

Aku mencintai-Mu ya Allah.

 

Salam buat kang Ghozali As-Sumatrani, kang Nanang As-Sumatrani, kang Muhlas Al-Jawi, kang Musthofa Al-Makassari, kang Rozi Al-Jawi, kang Syafiq Al-Jawi, Dima Al-Ammani Syaikh Abdullah Al-Janubi, Ibu nyai Alfi Al-Jawi, Ustadz Anwar Al-Jawi, Prof. Warsono Al-Jawi.

Post a Comment

Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.