Pelaksanaan homestay dilatarbelakangi dengan keprihatinan akan berbagai hal yang terjadi dalam polemik pendidikan Indonesia yang menuai berbagai silang pendapat dari para ahli. Latar belakang perlunya diadakan homestay antaralain:
1.         Perubahan Kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013
Perubahan kurikulum menjadi masalah tersendiri bagi guru terutama terkait dengan model pembelajaran dan medianya. Banyak guru yang putus asa karena merasa tidak mampu menerapkan tuntutan kurikulum baru dan akhirnya menyerah dengan tetap belajar sebagaimana kelas tradisional. Hal ini mengakibatkan tujuan kurikulum tidak tercapai dengan maksimal.
Inovasi media serta model pembelajaran baru diperlukan agar tujuan kurikulum 2013 bisa tercapai. Homestay dengan konsepnya yang berbasis lingkungan nyata, dimana anak terjun langsung ke dalam kehidupan nyata menawarkan model dan media pembelajaran yang mampu meliputi seluruh pendekatan yang digunakan pada kurikulum 2013 yakni scientific dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ atau pembelajaran   yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning )
2.      Mulai hilangnya kepekaan anak terhadap lingkungan
Perkembangan gadget yang sangat pesat merampas waktu anak, apalagi orang tua pada jaman modern ini cenderung membiarkan anak bermain gadget tanpa control dengan alasan kesibukan yang membuat mereka tidak sempat menemani anak untuk memanfaatkan waktunya dengan kegiatan yang bermakna. Anak disibukkan dengan jejaring dunia maya yang semakin menggurita. Games, video yang didapatkan dengan sangat mudah. Waktu anak habis untuk menikmati dunia di telapak tangan yang menyebabkan anak tidak lagi memiliki waktu untuk mengamati lingkungan sekitar. Sehingga tidak heran jika anak petani tidak tahu bagaimana cara mengolah tanah, anak pedagang tidak tahu bagaimana cara berjualan, anak tidak mengenal tetangga. Kepekaan anak terkikis karena anak lebih asyik dengan dunia telapak tangan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran jika ketidakpekaan anak berlanjut hingga dewasa. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan pendidikan yang mampu merangsang kepekaan anak terhadap lingkungan.
3.    Menipisnya Aktivitas yang merangsang keaktifan anak
Otak manusia tersusun dari jalur-jalur syaraf yang membutuhkan rangsangan untuk mengaktifkan jalur-jalur tersebut. Mc Devid dan Omrod (dalam Desmita, 2009: 93) mengungkapkan jika perkembangan dendrit sejak kelahiran ini lebih dipengaruhi oleh stimulasi lingkungan dan gerakan-gerakan anak itu sendiri. Selanjutnya sel-sel glial yang tumbuh di sekitar akson, membentuk myelin yang memungkinkan neuron mentransmisikan pesan-pesan lebih cepat.
Pada jaman yang serba canggih ini masyarakat cenderung menginginkan aktivitas yang serba instan. Anak tenggelam dalam game di genggaman tangan, permainan tradisional yang melatih gerak motorik halus maupun kasar mulai langka dijumpai. Ketidakatifan, keinstanan ini menyebabkan perkembangan dendrit terhambat. 

Post a Comment

Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.