Jujur saja, baru kali ini, aku mendengar khutbah tapi malah membuatku marah dan ingin mengumpat. Andai saja aku tidak khawatir membuat jamaah bubar, aku akan melakukan walkout karena sudah merasa malas berada di situ. Aku berusaha mati-matian mencerna isi khutbah yang disampaikan akan tetapi aku gagal memahaminya kecuali mengenai pemimpin dzolim, politikus busuk, kafir, musuh islam, pendusta, bencana alam, krisis, dan istilah-istilah politis khas lainnya yang disampaikan dengan tendensius.
Khotib mengatakan bahwa nabi Ibrahim adalah contoh pemimpin yang ideal. Cara penyampaiannya seakan-akan menggiring jamaah untuk berpikir bahwa Indonesia sedang dipimpin orang dzolim dan butuh sosok seperti nabi Ibrahim untuk menggulingkan kekuasaan itu dan menggantikannya. Jujur saja, saat ia menyampaikan hal itu, aku sudah tidak tahan lagi. Aku melihat ke belakang, ada banyak jamaah yang harus dilalui untuk walkout. Aku kemudian memilih menghidupkan HP (biasanya tak pernah bawa HP untuk sholat Ied. Pagi ini entah kenapa aku ingin membawanya meskipun sesmpainya di masjid kumatikan) dan menulis status di Facebook.
Di awal-awal doa, ia berdoa "berikan kami kemenangan...". Aku tidak tahu yang dimaksud kami itu siapa dan kemenangan dari apa. Aku tidak berani mengamini doa itu.
Gara-gara mendengar khutbah itu, aku mencoba berbagai cara untuk menenangkan diri. Hanya saja sampai aku menulis artikel ini, aku belum bisa menguasi perasanku lagi. Aku berencana untuk sowan Abah untuk minta tolong diobati penyakit hatiku ini. Semoga ketidaksukaan ini tidak semakin berlarut-larut. Aku butuh obat.
Semoga Allah mengampuniku meskipun seandainya sholat Iedku tadi tidak diterima. Semoga rahmat dan kasih sayang-Nya selalu meliputiku. Tanpa itu, aku bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa.
Post a Comment
Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.