Saat jalan-jalan ke Magelang beberapa hari yang lalu, aku merasakan perubahan kesehatan yang luar biasa. Kalau biasanya setiap sore akan refluks sampai menjelang tidur, saat di Magelang tidak begitu. Bahkan cuaca yang ekstrim dingin juga tidak berpengaruh sama sekali. Aku sehingga yakin kalau memang butuh banyak-banyak liburan agar asam lambung itu tidak manja-manjaan lagi.

Liburan di Magelang itu benar-benar kunikmati. Aku merasakan si K juga menikmatinya. Hal ini dibuktikan dengan ekspresi wajahnya yang selalu memancarkan senyuman, lompat-lompat kegirangan, dan sedikit sekali minta nonton pakai HP.

Widut pun demikian. Ekspresi kebahagiannya terpancar melalui banyak hal. Bahkan saking bahagianya sampai dibuat status di Facebook segala.

Jepretan foto yang kuambil itu asal-asalan saja. Jujur saja memang aku tidak bisa memotret dengan bagus meskipun hobi fotografi. Tapi meskipun asal-asalan tetap kelihatan cantik, kan? 🤣🤣🤣

Oh ya. Kok malah ngelantur ke mana-mana to. Jadi apa dong maksudku menulis judul seperti itu? Apa hanya clickbait semata?

Jadi begini, sodara-sodara.

Di dalam menjalankan kehidupan rumah tangga, gotong royong dalam menyemai benih cinta kasih sangat dibutuhkan, bukan? Saling memupuk rasa rindu, sayang, benci, dan juga cinta.

Ada kalanya salah satu diantara pasangan sedang surut rindunya, sedang pasang bencinya. Ada kalanya sedang surut cintanya, sedang pasang sayangnya.  Banyak macam kombinasi perasaan yang sewaktu-waktu bisa berubah.

Pernahkan kebosanan menjangkit perasaan? Misal bosan mencintai pasangan? Bosan merindui, bosan membenci, bosan menyayangi, bosan meniduri? Atau bosan-bosan dalam bentuk lainnya.

Ketika kita masih hidup di dunia maka kebosanan demi kebosanan akan selalu mengingai kita. Bahkan bahagia pun akan terasa membosankan jika tidak diselingi dengan kesedihan. Maka dari itu, pasang surutnya perasaan terhadap pasangan sebetulnya adalah anugerah agar kita dapat terhindar dari kebosanan terhadap pasangan. Hanya saja, seringkali orang keburu menilai jika surutnya perasaan itu merupakan tanda dari kebosanan. Padahal belum tentu.


Dulu, saat masih bujang aku dan teman-teman familiar dengan guyonan begini "bojo ayu iku garai ora kober sarungan". Lha kok ndilalah aku dapat istri yang super cantik dan seksi. Aku ulangi lagi 'super cantik dan seksi'. Walhasil guyonan itu bisa kubuktikan sendiri apakah sekedar jadi guyonan apa benar-benar terjadi seperti itu.

Setelah sekian lama menikah dengan wanita cantik, akhirnya aku berani buka suara terkait guyonan itu. Daaan ternyata jawabanya adalah: Cantik Saja Tidak Cukup.

Lha iya to. Katakanlah istriku cantik. Kalian harus mengakui itu. Akui saja lah biar cepet. Misalnya. Ini misalnya istriku sedang sakit dan aku lagi pengen lepas sarung masak iya mau maksa nganu? Masak aku ngutip penyataannya hustaad nganu yang berkata "istri diem aja, tidur aja, gak sakit" untuk kujadikan dalil.

Tapi eh tapi. Yang mau aku tekankan bukan itu sebenarnya. Masalah syahwat seksual itu tidak dibatasi oleh kecantikan. Jangankan orang awam sepertiku ini, orang yang berlabel hustad saja kalau sudah gak bisa mengendalikan syahwat seksualnya juga gak akan kober sarungan. Jangankan lihat wanita cantik. Lihat patung saja pengen nyopot sarung. Makanya patungnya dikasih kemben aja biar gak disikat.

Kalian mudeng apa mumet baca tulisan ini? Maklumin aja ya.

Post a Comment

Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.