Salah satu cara untuk menjaga hubungan kami agar tetap on the track adalah dengan cara membiasakan makan kembulan (Jonegoroan: bathu). Entah senampan atau sepiring berdua. Seringkali malah bertiga dengan si K. Kebiasaan seperti ini seringkali terbawa saat menghadiri undangan. Apalagi kalau suguhan makannya dibuat prasmanan. Kami menjadikan makan kembulan ini sebagai default cara makan keluarga.

Makan bersama menggunakan piring sendiri-sendiri masih tetap ada meskipun porsinya kecil. Hal itu terjadi manakala menu yang dimakan beda. Misal Widut menu pedas sedangkan aku tidak atau Widut menunya protein hewani sedangkan aku karbohidrat. Bisa juga karena kondisi tertentu.

Aku bersyukur mendapatkan kontrakan yang dekat dengan kantor sehingga bisa pulang untuk makan kembulan saat ada kesempatan.
Makan kembulan ini bisa dijadikan sebagai alat monitoring hubungan. Bagaimana cara penyajian, cara makan, dll. bisa menjadi indikator keharmonisan hubungan. Kalau sedang lagi ada masalah jangankan makan bersama, bertemu saja malas, bukan? Kita juga bisa saling mengingatkan kalau salah satu di antara kita belum berdoa tapi sudah main comot makanan saja.

Aku bersyukur di usia si K menjelang 4 tahun tradisi makan kembulan di dalam keluarga kecil kami masih terjaga dengan baik.

Post a Comment

Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.