"Jadi, Nduk... Setelah dibersihkan, sayurnya digebyur dari atas. Untuk menghilangkan najis."
Dhawuh yai Nasrudin, tiga tahun yang lalu. Saat aku belum menikah, boro-boro nikah, kenal abah K saja belum. Aku tercengang. Weleh... mencuci sayur saja ada aturannya, gumamku. Itu baru satu diantara sekian petuah yai Nasrudin tentang pernikahan yang beliau sarikan dari kitab Maratus-Shoolikhah. Astagah, nikah ternyata butuh banyak persiapan.
Dan, dua tahun ini aku merasakan, betapa ilmu tentang pernikahan dan segala tetek bengeknya harus dipelajari benar-benar. Yai Nasrudin dulu sudah dhawuh, ujian sesungguhnya adalah ketika aku sudah menikah, bukan ketika aku lancar menjawab pertanyaan yai Nasrudin tentang materi yang telah beliau sampaikan. Asli, ujian ini nggak bisa nyontek sama sekali. Langsung berhadapan dengan segala permasalahan yang ada.
Kapokmu kapan, Dut?
Satu pasal yang beliau sampaikan adalah tentang mempersiapkan sayur-mayur, lauk, beras dlsb sebelum dimasak. Tak pisa dipungkiri, kita tak tahu pasti apakah beras dan segala ubo rampenya bebas dari najis ketika berpindah dari tangan ke tangan hingga sampai ke tangan kita. Jika beli sayur di pasar pagi, sudah pasti ragu tentang kesuciannya, lha wong digelethakin begitu saja di lesehan. Campur dengan aneka macam sayur yang barangkali masih membawa aroma pupuk kandang. Heuu.
Lalu, agar kita yakin se-haqul yakinnya, mari kita sucikan segala yang akan kita masak. Bukan sekedar cuci bersih, tetapi juga suci. Karena makanan adalah urusan partikel-partikel pembangun jasad. Untuk menjadikan jasad baik, maka apa yang harus masuk juga berasal dari hal yang baik.
Mencuci Sayur dengan Cinta
"Mencuci sebersih-bersihnya terlebih dahulu, kemudian disiram air mengalir dari atas. Boleh langsung dari kran, boleh dibantu dengan gayung, dengan air suci yang mensucikan. Jika tidak bisa dipegang dengan tangan, seperti beras atau sayur yang kecil-kecil, boleh dibantu dengan wadah berpori yang memungkinkan air langsung mengalir ke bawah."
Simpel saja, kan? Nggak butuh waktu yang banyak, tetapi manfaatnya insyaAllah baik untuk jasad sesiapa yang memakan masakan kita. Hmm, anyway, mencuci sayur dan aneka printilannya dengan air yang mengalir sangat dianjurkan oleh ahli kesehatan.
Manfaat Mencuci Sayur dengan Cinta
Dyah Suryani, S.Si, M.Kes, mempublikasikan sebuah jurnal hasil penelitian sayur kubis pada pedagang pecel lele di kelurahan Warungboto, Yogyakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 16 pedagany yang mencuci sayur dengan serampangan, terdapat 5 orang yang sampel kubisnya mengandung telur cacing nematoda usus. Penyebabnya sangat simpel, pedagang mencuci kubis di air baskom berulang kali, sehingga telur cacing nematoda usus kembali menempel di kubis. Saran beliau simpel, cuci sayuran dengan air yang mengalir, insyaAllah akan mengurangi kontaminasi cacing nematoda usus.
Penelitian dari mahasiswa Universitas Udayana Bali juga menunjukkan bahwa mencuci kacang panjang dengan air yang mengalir dapat menurunkan residu insektisida yang terdapat pada kacang panjang. Residu insektisida akan ikut hanyut bersama air yang mengalir. Jurnalnya bisa diakses disini. Masih banyak penelitian yang menggambarkan betapa pentingnya mencuci sayur-mayur dan segala bahan makanan dengan air mengalir sebelum dimasak.
Hmm, mencuci saja ada ilmunya, kan ya. Menyajikan untuk yang dicinta dengan segenap cinta, dengan kidung-kidung doa. Sssst, WiDut juga mendapatkan petuah manjur dari yai Nasrudin agar suami dan anak-anak selalu kangen untuk pulang; memasak dengan cinta, dimulai dengan menyiapkan dengan cinta, dibumbui dengan sholawat dan doa untuk yang tercinta. Pelet versi syar'i. Sudah banyak yang membuktikan, Abah K contohnya, mendadak ingin pulang kampung hanya karena kangen dengan sambal buatan Emak tercinta. Hayo, siapa yang nggak kangen dengan masakan ibu? :p
Selamat mencuci sayur dengan cinta, semoga doa-doa yang terkidung selalu membersamai orang tercinta.
Mbaaaa..aku kalo masak juga baca bismillah melulu. Aku tau aku ngga pinter masak..makanya bumbunya pake doa, biar jadi pelet syar'i..wkwkwk..
ReplyDeleteUntuk mencuci sayur ini, aki diajari bapak. Beliau juga ngajari aku sunnah2 memotong kuku mulai dari jari apa. Ah..pokoknya bapakku guruku. :D
Wiiih, bapak dulu mondok kah, Mbak?
ReplyDeleteBapak tirinya bapakku kyai, Mba.. :D
ReplyDeletePost a Comment
Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.