Mengetahui apa film favorit istri, aktor drakor yang paling membuatnya histeris, masakan kesukaannya, warna paling disukainya, dan apa-apa saja yang menyenenangkan untuk istri bukan perkara yang sulit, bukan? Asal kita mau telaten mendengarkan curhatan-curhatannya maka barang tentu info-info itu sudah dapat kita kantongi dengan baik. Termasuk mengetahui tokoh-tokoh idola yang membuatnya tersentuh dan dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari.
Aku seakan ditimpuk menggunakan gunung merapi untuk dipaksa sujud syukur ketika suatu hari mendapati Widut jingkrak-jingkrak kegirangan setelah dimention bu Alissa Wahid. Aku lupa perihal apa kok sampe dimention tapi yang jelas aku menjadi tahu bahwa salah satu tokoh yang diidolakan istriku adalah benar-benar wanita panutan. Bukan Neno Warisman.
Aku bersyukur mendapati Widut tidak mudah kepincut mengidolakan artis-artis yang disulap menjadi ustad atau ustadzah dadakan. Lha apa gunanya berpendidikan tinggi kalau mudah saja dikibuli. Bisa saja suatu saat ia dikibuli menggunakan babi diberi baju muslimah dan dipakaikan niqab kemudian dikatakan kalau babi itu adalah ustadzah yang menjalani laku tirakat untuk mengekang hawa nafsu dan patut menjadi tauladan?
Baru-baru ini, sepertinya Widut mendapatkan tokoh baru yang diidolakan setelah membaca serial cerpen yang kubagikan padanya melalui Facebook. Neng Khilma Anis, penulis cerpen itu menjadi buah bibirnya berhari-hari dengan sesama penggemar tokoh yang disajikan dalam cerpen yaitu Suhita, Rengganis, atau Gus Birru. Buah tangan Ning Khilma di Facebook yang kemudian diterbitkan menjadi novel dan dicetak ribuan kali itu sukses membuat Widut dan kawan-kawannya sesama penulis takjub.
Aku bersyukur mendapati bahwa penulis yang diidolakan Widut bukanlah Pipiet Senja, Tere Liye, atau sederet penulis lain yang sudah tidak masuk ke daftar meskipun dulu pernah dikaguminya pula. Widut sekarang lebih suka bacaan yang berisi dan bukan hanya sebatas bacaan yang menggugah perasaan dan menguras air mata saja. Salah satu bacaan yang dipujinya adalah novel karya Mbah Nyutz yang berjudul Sumpah Ramaparasu.
Influencer Facebook yang diidolakan Widut juga membuatku tak perlu merasa khawatir. Katakanlah seperti ibu Evi Ghozaly Salah satu buku karyanya yang berjudul Mendidik Dengan Cinta baru saja sampai rumah beberapa hari yang lalu. Ibu Anung Nur Rachmi, founder grup Sehat Dengan Food Combining yang sangat perhatian dengan seluruh membernya. Aku bersyukur yang diidolakan Widut bukanlah akun abal-abal.
Ustadz atau kyai yang diidolakan Widut juga masih sesuai jalur meskipun ada beberapa yang bersebrangan dengan pendapatku. Tapi itu gak masalah lah. Asal tokoh-tokoh itu bukan penebar kebencian, provokator untuk membenci pemerintah, rasis, pengagum teori konspirasi abal-abal, dan penumpul akal. Aku lihat ia masih lebih memilih share tulisan atau ceramahnya gus Mus, habib Luthfi, mah Maemun Zubair dan sederet ulama sepuh lainnya.
Tokoh-tokoh yang diidolakan Widut sebetulnya cukup banyak. Hanya saja aku kesulitan untuk mendeskripsikannya ke dalam sebuah tulisan yang mudah dibaca. Aku masih sulit merangkai kata-kata karena pengaruh keracunan obat yang belum sepenuhnya sembuh sampai sekarang.
Rangkaian tulisannya masih sangat rancu karena titik fokusku lemah akibat keracunan obat beberapa hari yang lalu. Hanya saja, aku ingin menulis poin-poinnya saja. Siapa tahu aku masih diberi kesempatan untuk memperbaiki tulisan ini dikemudian hari.
Post a Comment
Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.