Aku bergabung dengan tim yang dibentuk oleh pak Suyono sejak setahun yang lalu. Waktu itu, beliau mengajakku secara personal untuk mendirikan perusahaan startup bersama-sama. Bidang yang diambil saat itu adalah konsultan bisnis.

Klien pertama yang ditangani adalah perusahaan rekanan PLN di Semarang yang memiliki masalah pengalokasian dana. Aliran cashflow perusahaan tidak lancar. Perusahaan kesulitan memutuskan untuk memilih skala prioritas antara belanja barang atau pegawai. Kalau pegawai diprioritaskan konsekwensinya pengerjaan tender akan terganggu karena kurang bahan. Sebaliknya kalau belanja barang diprioritaskan makan para pegawai akan protes karena telat mendapat gaji. Solusi yang ditawarkan saat itu meliputi perombakan sistem birokrasi dan digitalisasi laporan.

Bulan berganti project pun berganti. Seiring berkembangnya dinamika arena pertempuran bisnis skala nasional, muncullah ide untuk membuat startup dibidang bengkel. Sambil sesekali monitoring perkembangan penggunaan aplikasi yang digunakan oleh perusahaan rekanan PLN itu, kami berganti (switch) ke project baru. Bengkel Baik namanya.

Lima bulan berlalu sejak pertama kali ide pembuatan startup Bengkel Baik dimunculkan. Hari ini, legalisasi startup tersebut diurus. Melalui seorang notaris, sebuah akta perusahaan dibuat. PT. Karya Baik Bersama dipilih menjadi nama perusahaan.

Aku sendiri diberi hadiah lima lembar saham dan dijadikan komisaris biar tidak protes dan ngambek.

Meeting Team IT Bengkel Baik
Meeting Team IT Bengkel Baik

Betapa baiknya pak Suyono. Lha wong selama ini aku tetap diberi gaji atas apa yang aku kerjakan di perusahaan yang (katanya) dirintis bersama ini. Tapi nyatanya masih diberi hadiah jabatan komisaris dan mendapat bagian saham pula. Tanpa ikut menyetor modal wal tentunya.

Post a Comment

Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.