Aku meninggalkan IM3 setelah perusahaannya berubah menjadi Indosat Ooredoo. Gara-garanya nomor Ayi lupa diisi pulsa karena keasyikan menggunakan Wifi berujung habis masa aktifnya. Satu-satunya cara agar bisa menikah lagi aktif kembali harus diubah menjadi pescabayar. Karena saat itu ada promo lebih murah kalo daftar pascabayar lebih dari satu nomor maka aku sekalian mendaftarkan nomorku.
Seiring berjalannya waktu, aku pikir-pikir rugi juga daftar pascabayar. Aku tetap harus ngisi pulsa biasa untuk menelpon atau sms ke luar operator. Kalau paketku tidak cukup pun harus mendaftarkan paket secara manual. Kalau mau aktifkan addon paket agar telpon kenluar operator masuk tagihan ya rugi juga wong jarang kepake. Kalo lagi pengen ngirit kuota juga gak bisa wong setiap bulan harus bayar sejumlah nominal yang sama.
Setelah melalui berbagaimacam pertimbangan akhirmya aku lepas juga keperjakaanku nomor IM3 yang sudah kugunakan bertahun-tahun dan terintegrasi dengan berbagai layanan perbankan, sosial media, dan akun-akun penting lainnya.
Aku sepakat kalo IM3 ini memang sangat lambat internetnya. Kuota paket murah dam gak habis-habis kalo dipakai karena unlimited jaringannya buruk. Jangankan nonton Youtube, browsing artikel saja sering gagal. Ini pengalaman di daerah urban, pinggiran kota Salatiga. Apalagi jauh di pelosok kampung halaman sana.
Sejak masih menggunakan IM3, aku sering gagal fokus pada model iklan IM3 komentar netizen yang kompak mengatakan kalau layanan Indosat itu buruk. Entah itu di akun resmi, edvertorial, atau buzzer yang diendors oleh pihak Indosat. Komentarnya hampir seragam satu suara menyatakan layanananya buruk. Kebanyakan mengeluhkan lambatnya jaringan internet.
Aku tidak tahu apakah komentator "nakal" itu adalah para buzzer yang diutus Tanos dikirim kompetitor Indosat atau bukan. Yang jelas, komentar seperti itu mendominasi hampir di setiap konten yang ada sangkut pautnya dengan Indosat.
Buzzer atau media yang melayani advertorial Indosat seringkali terkena imbas akibat netizen yang berkomentar secara ugal-ugalan ini. Kalau tidak hati-hati terlebih saat apes, mereka bisa jadi bulan-bulanan netizen yang maha benar dengan sesadis-sadisnya.
Aku mengambil dua tangkapan layar secara random dari 75 komentar yang telah dikirimkan oleh Netizen hasilnya memang menjengkelkan.
Dominasi mosi tidak percaya netizen di konten-konten Indosat ini sudah terjadi sejak
Aku melihat ada penurunan tensi iklan Indosat di sosial media. Entah hal itu karena mereka sadar tidak bisa melawan cangkem amoh komentar buruk netizen atau strategi mengurangi beban iklan untuk dialihkan ke sektor lain yang lebih produktif. Daripada menjadi bulan-bulanan netizen sepanjang tahun mending dialihkan ke sektor lain, bukan? Tapi masalahnya tanpa iklan yang bombastis dan seksis, produk-produk Indosat juga tidak begitu laku. Lha piye maneh, wong sudah mendapat citra buruk dari netizen, je. Label itu dituliskan oleh netizen selama bertahun-tahun dan telah melekat di alam bawah sadar calon customer maupun existing customer mereka. Ibarat seseorang yang mati-matian mendekati gebetan dengan beragam cara tapi di sisi lain keluarga gebetan juga mati-matian menjelek-jelekkan dia di depan gebetan. Apes. Malang. Butuh keajaiban atau keberuntungan.
Sebetulnya aku punya saran, sih. Indosat sudah memberi kenangan manis jaman masih smsan. Pernah juga memberiku hadiah 5 juta dan Samsung E7 sekaligus karena menang lomba menulis tentang Srikandi Indonesia. Oleh sebab itu, aku pengen berbalas budi padanya.
Tapi japri saja, ya. Tenang saja, deh. Saran ini gak gratis, kok. Cuma tak kasih diskon 70% aja. Gak usah malu-malu gitu. Paling jatuhnya masih sekitar 100 juta-an. Gak murah-murah amat, kok. Masih tetap bisa jaim pada kompetitor! Suwerrr!
Post a Comment
Komentarlah yang baik.
Tujukkan Karakter Bangsa Indonesia.